PROFIL SEKOLAH

Yayasan LeNTeRa khususnya Divisi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dibentuk dengan sebuah motivasi, bahwa pendidikan yang ada saat ini, dengan skala pertumbuhan dan perkembangannya yang cukup pesat yang mampu menembus berbagai lapisan dan golongan masyarakat, dalam banyak hal belum menjawab permasalahan mendasar yang dibutuhkan oleh peserta didik itu sendiri, yaitu menggali dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Dengan seluruh pranata pendidikan yang telah ada sekarang, baik perangkat keras, perangkat lunak. dan sumber daya manusianya, kita masih bertumpu pada kebiasaan mengajar yang menganggap (baik disadari atau tidak) bahwa mengajar anak seperti mengisi tempayan dengan air hingga penuh. Aktivitas-aktivitas di hampir seluruh sekolah yang ada sampai sekarang belum juga beranjak dari rutinitas menjejalkan sejumlah besar pengetahuan ke dalam otak para siswa. Apa yang dikatakan oleh pakar psikolog pendidikan Jean Piaget, bahwa mendidik adalah membantu anak menemukan apa yang ingin diketahuinya, sama sekali tidak tercermin dalam sistem pendidikan kita meskipun sebagian besar guru dan pendidik – kalau tidak semua –  telah mempelajari metodologi pendidikan di bangku kuliah.
Apa yang dihasilkan pendidikan saat ini lebih banyak mencerminkan sikap dan pola berpikir yang verbalism, logis. analitis, berurutan, berdasarkan fakta-fakta., matematis dan melihat sesuatu secara per bagian. Pendidikan saat ini hampir-hampir tidak menumbuhkan sikap spontan, intuitif, suara hati, menyeluruh dan saling keterkaitan antar berbagai disiplin. Dan yang lebih memprihatinkan, di lingkungan sekolah kita nyaris tidak menemukan budaya akademik dan semangat intelektual.
Dua aspek penting bagi perkembangan seorang anak yaitu intelektual dan kepribadian mestinya menjadi fokus perhatian pendidikan. Oleh karena itu, sistem pendidikan kita juga meliputi aspek Humaniora. Sekolah sebagai basis pendidikan mempunyai tanggung jawab utama mengembangkan kepribadian yang manusiawi, meminjam istilah humaniora yaitu “Memanusiakan Manusia Muda.”
                Penanaman nilai jauh lebih mengena dan mudah dihayati kalau diintegrasikan dalam kehidupan sekolah secara keseluruhan, yang berarti akan melibatkan seluruh unsur yang ada di sekolah atau institusi pendidikan. Ini bukan suatu hal yang sulit bila setiap orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan mau mengerti; tulus mendengarkan orang lain; menerima kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri dan orang lain; siap menerima perubahan, hal-hal baru dan paradigma baru dengan cara positif bukan sebagai ancaman; menikmati kebersamaan dan saling ketergantungan; memahami realitas pendidikan; tidak berpikir dikotomis dan lebih dari semua itu ada kesadaran bahwa setiap manusia bagaimana pun dirinya merasa mandiri, selalu membutuhkan orang lain sebagai satu bentuk kehidupan yang sinergistik. Tak ada bagian-bagian yang lebih penting daripada keseluruhan yang menjadikan bagian-bagian itu sebagai sebuah tim yang utuh dan terpadu yang memiliki banyak tangan dengan satu pemikiran.